JAKARTA - Aktivitas di wilayah perairan Indonesia kembali dihadapkan pada potensi risiko cuaca laut yang signifikan.
Memasuki pertengahan Desember 2025, dinamika atmosfer dan laut menunjukkan peningkatan yang perlu mendapat perhatian serius, khususnya bagi masyarakat pesisir serta pelaku pelayaran.
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kelancaran transportasi laut, tetapi juga berpotensi membahayakan keselamatan jika tidak diantisipasi sejak dini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara resmi mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku mulai 13 Desember 2025 pukul 07.00 WIB hingga 16 Desember 2025 pukul 07.00 WIB.
Peringatan tersebut disampaikan sebagai langkah antisipasi terhadap meningkatnya tinggi gelombang laut di sejumlah perairan Indonesia yang dapat mengganggu aktivitas pelayaran.
BMKG menegaskan bahwa peringatan ini penting diperhatikan oleh nelayan, operator kapal penumpang, kapal barang, serta masyarakat yang beraktivitas di sekitar laut. Peningkatan gelombang tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan dipicu oleh kondisi cuaca regional yang sedang berkembang di wilayah Samudra Hindia.
Pemicu Utama Peningkatan Gelombang Laut
Menurut BMKG, salah satu faktor utama yang memengaruhi kondisi gelombang laut kali ini adalah keberadaan dua sistem tekanan rendah di Samudra Hindia.
Sistem tersebut terdiri dari Siklon Tropis 91S yang terbentuk di sekitar Samudra Hindia barat Lampung serta Bibit Siklon 93S yang berada di Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat.
Kedua sistem ini memicu peningkatan kecepatan angin di wilayah sekitarnya. Dampak langsung dari kondisi tersebut adalah naiknya tinggi gelombang laut di beberapa perairan Indonesia, terutama yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia.
Peningkatan kecepatan angin dan perubahan pola angin menjadi faktor dominan yang memengaruhi kondisi laut selama periode peringatan berlangsung.
Pola Angin Berdasarkan Analisis BMKG
Berdasarkan analisis sinoptik BMKG, kecepatan angin tertinggi terpantau di wilayah Samudra Hindia barat Bengkulu hingga Lampung. Di kawasan tersebut, pola angin dominan bertiup dari arah barat hingga selatan, yang berkontribusi pada pembentukan gelombang laut tinggi.
Secara umum, kecepatan angin di wilayah utara Indonesia berkisar antara 4–20 knot, sementara di wilayah selatan Indonesia tercatat lebih kuat, yakni 6–30 knot. Perbedaan kecepatan angin ini turut memengaruhi variasi tinggi gelombang di berbagai perairan, mulai dari kategori sedang hingga tinggi.
Wilayah dengan Potensi Gelombang 1,25–2,5 Meter
BMKG memetakan sejumlah wilayah perairan yang berpotensi mengalami gelombang setinggi 1,25 hingga 2,5 meter. Wilayah tersebut meliputi:
Samudra Hindia barat Kepulauan Mentawai
Selat Malaka bagian utara
Samudra Hindia barat Aceh
Samudra Hindia barat Kepulauan Nias
Samudra Hindia selatan Banten
Samudra Hindia selatan Jawa Barat
Samudra Hindia selatan Jawa Tengah
Samudra Hindia selatan Jawa Timur
Samudra Hindia selatan Bali
Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat
Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Timur
Laut Jawa bagian barat
Laut Maluku
Samudra Pasifik utara Maluku
Samudra Pasifik utara Papua Barat Daya
Samudra Pasifik utara Papua
Gelombang pada kategori ini sudah cukup berisiko bagi aktivitas laut tertentu, terutama bagi perahu kecil dan kapal dengan stabilitas terbatas.
Wilayah dengan Potensi Gelombang 2,5–4 Meter
Selain gelombang sedang, BMKG juga mengidentifikasi wilayah dengan potensi gelombang tinggi hingga sangat tinggi, yakni mencapai 2,5 hingga 4,0 meter. Wilayah tersebut antara lain:
Samudra Hindia barat Lampung
Samudra Hindia barat Bengkulu
Laut Natuna Utara
Gelombang setinggi ini dinilai berbahaya dan dapat menimbulkan risiko serius bagi pelayaran, khususnya kapal dengan ukuran tertentu atau yang tidak dirancang menghadapi kondisi laut ekstrem.
Imbauan Keselamatan dari BMKG
BMKG mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan selama periode peringatan dini berlangsung. Nelayan dan operator kapal diminta untuk mempertimbangkan kondisi cuaca sebelum melaut atau melakukan pelayaran jarak jauh.
BMKG juga menjelaskan bahwa kondisi gelombang dengan ketinggian antara 1,25 hingga 4 meter dapat menimbulkan risiko berbeda tergantung jenis kapal yang digunakan. Berikut ambang risiko yang perlu diperhatikan:
Perahu nelayan berisiko apabila kecepatan angin mencapai 15 knot dan tinggi gelombang mencapai 1,25 meter.
Kapal tongkang berisiko apabila kecepatan angin mencapai 16 knot dan tinggi gelombang mencapai 1,5 meter.
Kapal feri berisiko apabila kecepatan angin mencapai 21 knot dan tinggi gelombang mencapai 2,5 meter.
Dengan mempertimbangkan parameter tersebut, BMKG menekankan pentingnya pemantauan informasi cuaca secara berkala, terutama melalui kanal resmi.
Pentingnya Informasi Cuaca Laut bagi Aktivitas Pesisir
Peringatan dini ini menjadi pengingat bahwa kondisi cuaca laut dapat berubah dengan cepat dan berdampak luas. Selain pelayaran, aktivitas masyarakat pesisir seperti penangkapan ikan, transportasi antar pulau, hingga distribusi logistik laut juga berpotensi terdampak.
BMKG mengajak seluruh pihak terkait untuk tidak mengabaikan peringatan yang telah dikeluarkan. Dengan kesiapsiagaan dan kepatuhan terhadap imbauan keselamatan, risiko kecelakaan laut dapat ditekan, sekaligus menjaga keselamatan jiwa dan kelancaran aktivitas maritim selama periode cuaca ekstrem ini berlangsung.