JAKARTA - Emiten perkebunan sawit milik TP Rachmat, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), mengembangkan model kemitraan plasma satu atap.
Model ini berfokus pada peningkatan kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah. Program ini dijalankan melalui unit operasional perseroan, PT Sukses Karya Mandiri (SKM), yang bekerja sama dengan koperasi setempat, seperti Koperasi Plasma Jati Sejahtera di Desa Laman Baru.
Dengan total area 282,43 hektare yang terbagi dalam 47 blok dan menaungi 39 tenaga kerja, model satu atap telah terbukti meningkatkan produktivitas. Sawit yang ditanam sejak 2017–2018 mampu menghasilkan yield 21,7 ton per hektare pada 2025, menunjukkan efektivitas pengelolaan kebun melalui sistem ini.
TAPG menanggung seluruh biaya operasional, termasuk biaya pupuk yang menjadi komponen terbesar produksi, sehingga petani terbebas dari kendala modal.
Skema Satu Atap Atasi Kendala Modal dan Pengetahuan Petani
Estate Manager Sukses Karya Mandiri, Syahrial Purba, menjelaskan bahwa skema satu atap dibuat untuk mengatasi keterbatasan modal dan pengetahuan teknis petani, yang kerap menyebabkan kegagalan panen.
Melalui sistem ini, setelah semua biaya produksi dikurangi, anggota koperasi menerima sisa hasil usaha (SHU) bersih setiap bulan.
“Perusahaan bantu membangun dan mengelola kebunnya, lalu petani menjual hasilnya lewat koperasi. Setiap bulan SHU dibagikan,” ujar Syahrial.
Sistem ini memungkinkan petani fokus pada perawatan kebun dan panen, sementara manajemen biaya ditangani oleh SKM. Pendekatan ini mendorong praktik pertanian yang lebih profesional dan terstruktur.
Pendapatan Petani Melalui Sisa Hasil Usaha (SHU)
Data Koperasi Plasma Jati Sejahtera menunjukkan rata-rata SHU bersih yang diterima anggota berkisar antara Rp2 juta hingga Rp3 juta per hektare, tergantung performa blok dan periode panen.
Sepanjang Januari hingga Oktober 2025, SHU tercatat berada di kisaran Rp4,06 juta hingga Rp7,5 juta per hektare, dengan capaian tertinggi pada periode Januari–Februari.
Peningkatan SHU ini menegaskan keberhasilan kemitraan plasma satu atap dalam meningkatkan pendapatan petani dan memberi mereka kepastian ekonomi. SHU yang rutin diterima petani memungkinkan mereka mengatur keuangan keluarga, investasi ulang dalam kebun, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Peningkatan Produksi Sawit Koperasi
Produksi sawit koperasi juga menunjukkan tren positif. Pada 2022, produksi tercatat mencapai 3.497,36 ton, meningkat menjadi 4.993,76 ton pada 2023, dan 5.702,94 ton pada 2024. Untuk 2025, koperasi menargetkan produksi mencapai 6.122,72 ton.
Peningkatan ini menunjukkan efektivitas pengelolaan kebun, kualitas perawatan, serta dukungan manajemen TAPG terhadap anggota koperasi. Dengan produktivitas yang meningkat, petani tidak hanya memperoleh pendapatan lebih tinggi tetapi juga berkontribusi pada stabilitas pasokan TBS (tandan buah segar) bagi perusahaan.
Ketentuan Menjadi Anggota Plasma
Untuk menjadi anggota plasma, petani harus memenuhi sejumlah persyaratan, seperti memiliki lahan 0,5 hingga 10 hektare, lahan bebas sengketa, dan dokumen kepemilikan resmi (SHM).
Persyaratan ini memastikan keamanan hak milik dan keteraturan administrasi, sekaligus meningkatkan profesionalisme anggota dalam pengelolaan kebun.
Selain itu, keterlibatan petani dalam skema satu atap meningkatkan kemampuan teknis mereka melalui bimbingan dan pengawasan yang diberikan oleh SKM, sehingga praktik pertanian menjadi lebih terstandarisasi dan produktif.
Produksi Tandan Buah Segar dan Minyak Sawit
TAPG mencatat produksi TBS inti sebesar 2,27 juta ton dan TBS plasma 279.221 ton sepanjang kuartal III/2025. Total TBS yang diproses perseroan mencapai 3,04 juta ton, yang kemudian diolah menjadi 708.029 ton crude palm oil (CPO), meningkat 10% YoY dari periode sebelumnya.
Selain itu, rata-rata harga jual (ASP) CPO tumbuh 10% secara tahunan, mencerminkan permintaan yang kuat serta stabilitas pasar bagi produk kelapa sawit TAPG. Peningkatan harga dan volume produksi ini mendukung pertumbuhan pendapatan dan laba perusahaan secara signifikan.
Kinerja Keuangan TAPG Meningkat Signifikan
Secara kinerja keuangan, TAPG membukukan laba bersih Rp2,68 triliun sepanjang periode Januari–September 2025, melonjak 65,67% YoY dibandingkan Rp1,61 triliun pada kuartal III/2024.
Pendapatan perseroan naik 31,48% YoY menjadi Rp8,2 triliun, di mana Rp8,19 triliun atau 99,87% bersumber dari produk kelapa sawit dan turunannya.
Kenaikan ini mencerminkan keberhasilan strategi bisnis TAPG, termasuk dukungan terhadap kemitraan plasma, yang memberikan pasokan TBS berkualitas sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani plasma. Kombinasi antara peningkatan produksi dan manajemen efisien mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
Kontribusi Plasma Satu Atap bagi Ekonomi Lokal
Model kemitraan plasma satu atap membawa manfaat ganda: meningkatkan pendapatan petani dan memperkuat perekonomian lokal. Petani memperoleh jaring pengaman ekonomi melalui SHU bulanan, sementara TAPG memperoleh pasokan TBS yang stabil dan berkualitas tinggi.
Program ini juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong pemberdayaan komunitas. Dengan keterlibatan koperasi, petani memiliki akses lebih baik terhadap informasi pasar, praktik pertanian berkelanjutan, dan dukungan teknis dari perusahaan. Hal ini memperkuat hubungan simbiosis antara petani dan perusahaan.
Prospek dan Keberlanjutan Kemitraan Plasma
Keberhasilan program plasma satu atap menjadi model yang bisa direplikasi di wilayah lain. Dengan sistem ini, petani sawit tidak hanya mendapatkan penghasilan lebih baik, tetapi juga memperoleh pengetahuan dan keterampilan manajemen kebun yang berkelanjutan.
TAPG memastikan program ini berjalan berkelanjutan dengan monitoring rutin, evaluasi performa blok, dan pengelolaan risiko. Pendekatan ini menjamin stabilitas produksi, kualitas TBS, serta kontinuitas keuntungan bagi petani dan perusahaan.
Sinergi Petani dan TAPG Mendorong Kesejahteraan Bersama
Skema kemitraan plasma satu atap TAPG menunjukkan bagaimana perusahaan dan petani dapat bekerja sama untuk menciptakan nilai tambah. Petani menerima pendapatan yang lebih tinggi melalui SHU bulanan, produktivitas meningkat, dan perusahaan memperoleh pasokan TBS yang stabil untuk produksi CPO.
Dengan dukungan manajemen profesional, pengawasan teknis, dan kebijakan transparan, program ini memperkuat ekonomi lokal sekaligus mendukung pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan.
Model kemitraan ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara petani dan perusahaan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga keberlanjutan industri sawit nasional.