JAKARTA - Gula darah tinggi, atau hiperglikemia, sering dianggap masalah ringan, padahal kondisi ini bisa menimbulkan komplikasi serius seperti diabetes, gagal ginjal, hingga serangan jantung.
Banyak orang tidak menyadari bahwa perubahan pola makan, penggunaan obat-obatan tertentu, hingga stres fisik dapat secara drastis memengaruhi kadar gula dalam tubuh.
Dalam wawancara, dr. I Gusti Ngurah Adhiarta, Sp.PD-KEMD, FINASIM, dokter spesialis penyakit dalam sekaligus konsultan endokrinologi di Siloam Hospitals TB Simatupang, menjelaskan penyebab utama gula darah tinggi serta langkah-langkah penting untuk mengendalikannya.
“Gula darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius dalam tubuh, bahkan pada mereka yang tidak menderita diabetes. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda dan penyebab gula darah tinggi sejak dini,” jelas Adhiarta.
Penyebab Gula Darah Tinggi
Menurut Adhiarta, kondisi hiperglikemia dapat terjadi pada siapa saja, termasuk mereka yang tidak memiliki riwayat diabetes. Salah satu penyebab utama adalah konsumsi makanan tinggi karbohidrat atau gula secara berlebihan, seperti minuman manis, nasi putih, atau makanan cepat saji.
“Makanan dengan indeks glikemik tinggi meningkatkan gula darah dengan cepat. Tubuh pun memproduksi insulin lebih banyak untuk mengatur kadar gula tersebut. Jika kebiasaan ini berlanjut, tubuh bisa menjadi resisten terhadap insulin, meningkatkan risiko diabetes tipe 2,” terangnya.
Selain pola makan, obat-obatan tertentu juga bisa memengaruhi kadar gula darah. Beberapa obat seperti steroid atau diuretik tiazid dapat meningkatkan produksi gula atau mengganggu cara tubuh mengelola glukosa. Adhiarta menekankan pentingnya memantau kadar gula darah secara rutin jika sedang mengonsumsi obat-obatan tersebut.
Gula Darah Tinggi pada Penderita Diabetes
Bagi penderita diabetes, gula darah tinggi bisa dipicu oleh pola makan yang tidak teratur atau kesalahan pengaturan dosis obat.
“Makan terlalu banyak makanan manis atau berlemak bisa menyebabkan lonjakan gula darah. Selain itu, tidak meminum obat sesuai dosis atau salah menggunakan insulin juga dapat memicu hiperglikemia,” jelas Adhiarta.
Kondisi tubuh yang sedang infeksi atau demam juga berperan meningkatkan gula darah. Saat stres fisik, tubuh melepaskan hormon kortisol dan adrenalin yang meningkatkan kadar gula sebagai respons adaptif. Hal ini menjelaskan mengapa penderita diabetes harus selalu memantau gula darah terutama ketika sakit.
Gejala Gula Darah Tinggi
Gejala hiperglikemia tidak selalu langsung terlihat, sehingga sering luput dari perhatian. Menurut dr. Adhiarta, tanda-tanda klasik yang patut diwaspadai antara lain sering merasa haus, sering buang air kecil, dan mudah lapar meskipun sudah makan cukup.
Selain itu, penglihatan kabur sering muncul akibat gula darah tinggi yang menarik air dari lensa mata, mengganggu kemampuan fokus mata. Pada kondisi ekstrem, tubuh mulai memproduksi keton, memicu ketoasidosis, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran atau bahkan koma, terutama bagi penderita diabetes yang tidak terkontrol.
“Ini menunjukkan betapa pentingnya mengendalikan gula darah agar organ tubuh tidak mengalami kerusakan serius,” tegasnya.
Mengendalikan Gula Darah Tinggi
Mengontrol gula darah membutuhkan pendekatan holistik. Pola makan sehat, olahraga teratur, dan pengelolaan stres menjadi langkah utama. Adhiarta menyarankan untuk mengganti makanan dengan indeks glikemik tinggi menjadi yang lebih rendah, seperti beras merah, ubi jalar, serta sayuran berdaun hijau seperti bayam dan kale.
Olahraga rutin juga berperan besar dalam pengelolaan gula darah. Aktivitas sederhana seperti berjalan kaki selama 30 menit sehari membantu tubuh menggunakan insulin lebih efisien, menurunkan kadar gula darah, dan menjaga keseimbangan metabolisme tubuh.
Langkah ini bukan hanya untuk penderita diabetes, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin menjaga kadar gula darah tetap normal. Kombinasi pola makan seimbang dan aktivitas fisik menjadi kunci untuk mencegah lonjakan gula yang berulang.
Pencegahan Gula Darah Tinggi
Pencegahan hiperglikemia penting dilakukan terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi, misalnya dengan riwayat keluarga diabetes atau obesitas. Adhiarta menyebutkan bahwa menurunkan 5–7 persen dari berat badan dapat menurunkan risiko diabetes hingga 58 persen.
Selain itu, tidur cukup dan mengelola stres juga krusial. Kortisol yang tinggi akibat stres kronis bisa meningkatkan gula darah secara signifikan. Oleh karena itu, menjaga kualitas tidur, mengatur jadwal istirahat, dan melakukan aktivitas relaksasi seperti yoga atau meditasi dapat membantu menjaga kadar gula tetap stabil.
Pentingnya Kesadaran Dini
Kesadaran terhadap kadar gula darah sejak dini menjadi langkah preventif paling efektif. Pemeriksaan rutin, pengaturan pola makan, serta olahraga teratur dapat mencegah kondisi yang lebih serius, termasuk diabetes dan komplikasinya.
Adhiarta menekankan bahwa memahami penyebab dan gejala gula darah tinggi memungkinkan setiap orang mengambil langkah tepat sebelum kondisi menjadi kritis. “Dengan perhatian sejak dini, risiko komplikasi serius dapat diminimalkan, dan kualitas hidup tetap terjaga,” ujarnya.
Dengan memperhatikan pola makan, aktivitas fisik, dan pemeriksaan rutin, gula darah tinggi bisa dikendalikan secara efektif. Langkah-langkah sederhana ini, jika dijalankan konsisten, akan menurunkan risiko diabetes, melindungi organ vital, dan menjaga keseimbangan metabolisme tubuh.