JAKARTA - Pemulihan mental anak-anak pasca-bencana menjadi fokus utama pemerintah, terutama di sektor pendidikan.
Baru-baru ini, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, turun langsung memberikan pendampingan psikososial bagi murid di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini digelar di SMP Negeri 1 Tanjung Raya, diikuti lebih dari 100 peserta didik dari jenjang SD hingga SMA.
Dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Kamis, Mendikdasmen Mu’ti menegaskan bahwa tujuan kegiatan adalah memulihkan kesehatan mental murid setelah bencana, agar mereka tetap bersemangat, bahagia selama masa rehabilitasi, dan termotivasi dalam proses pembelajaran.
“Tentunya, kami ingin mereka semua tetap memiliki semangat, bahagia dalam suasana rehabilitasi, serta menumbuhkan motivasi dalam melakukan proses pembelajaran,” kata Mu’ti.
Pendekatan Psikososial yang Dilakukan
Kegiatan pendampingan dimulai dengan relaksasi sederhana dari para pemateri, di mana mereka menanyakan kabar peserta dan mengajak bermain bersama.
Metode ini dirancang untuk menciptakan suasana nyaman sekaligus membangun kepercayaan diri anak-anak. Aktivitas awal ini dianggap penting untuk membuka komunikasi antara murid dan pemateri sebelum memulai sesi lebih intensif.
Salah satu pengisi materi, Madeny, mengajak peserta menuliskan cita-cita mereka pada sebuah Pohon Harapan.
“Kami mengajak mereka untuk bermimpi akan masa depan. Masing-masing dari mereka menulis apa harapan dan cita-citanya dan kami berupaya membangun semangat mereka untuk menggapai hal tersebut,” ujarnya.
Aktivitas ini menjadi salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi dan memberi mereka kesempatan mengekspresikan diri setelah trauma bencana.
Hasil Observasi dan Asesmen Emosi
Psikolog dan pemateri lain, Muslimah Hanif, menjelaskan bahwa dari rapid asesmen yang dilakukan, lebih dari 50 persen peserta menunjukkan emosi yang cenderung sedih.
Namun, ada sebagian anak yang tampak senang karena bisa bermain dan bertemu teman-temannya. Hal ini menandakan bahwa interaksi sosial dan kegiatan positif dapat membantu menyeimbangkan kondisi emosional anak pasca-bencana.
Selain itu, wawancara informal dengan kepala sekolah dan guru menunjukkan sebagian besar masih merasa cemas dan membutuhkan bantuan untuk mengurangi kekhawatiran terkait kondisi cuaca yang tidak menentu serta dampak dari bencana yang terjadi.
Muslimah menekankan pentingnya pendampingan berkelanjutan agar anak-anak dapat menyesuaikan diri dan merasa aman dalam lingkungan belajar mereka.
Rencana Pendampingan Lanjutan
Kemendikdasmen berencana melanjutkan pendampingan psikososial di beberapa titik lokasi bencana lain. Tujuannya tetap sama: memastikan murid tetap bersemangat, merasa senang, dan bisa menjalani proses pembelajaran dengan nyaman.
Program ini menunjukkan perhatian pemerintah tidak hanya pada pemulihan fisik pasca-bencana, tetapi juga pemulihan psikologis anak-anak, yang dianggap sama pentingnya untuk masa depan mereka.
Selain pendampingan langsung, Kemendikdasmen juga berfokus pada strategi edukasi dan motivasi yang relevan dengan kebutuhan psikososial peserta didik. Pendekatan ini mencakup kegiatan bermain, berbagi pengalaman, dan menyalurkan aspirasi melalui media kreatif seperti Pohon Harapan.
Aktivitas semacam ini memberikan anak-anak kesempatan mengekspresikan emosi mereka, mengurangi stres, serta membangun rasa optimisme dan harapan di tengah situasi pasca-bencana.
Dampak Positif pada Murid dan Lingkungan Sekolah
Pendampingan psikososial ini tidak hanya berdampak pada murid, tetapi juga pada guru dan staf sekolah. Guru yang terlibat dapat memahami kondisi emosional murid lebih baik, menyesuaikan metode pembelajaran, dan memberikan dukungan yang tepat di kelas.
Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan yang aman dan mendukung pemulihan mental anak-anak.
Kegiatan ini juga memperkuat kesadaran masyarakat pendidikan akan pentingnya kesehatan mental sebagai bagian integral dari pemulihan pasca-bencana.
Anak-anak yang semula mengalami trauma kini mendapatkan kesempatan untuk kembali belajar dengan semangat dan motivasi yang terjaga, yang pada gilirannya berdampak positif pada prestasi akademik dan interaksi sosial mereka.
Kolaborasi dan Sinergi Lintas Pihak
Pendampingan psikososial ini dilakukan melalui kolaborasi berbagai pihak, termasuk pemateri, psikolog, guru, dan kepala sekolah. Sinergi ini memungkinkan pendekatan yang lebih personal dan efektif, karena setiap anak mendapatkan perhatian sesuai kebutuhan emosional mereka.
Selain itu, kegiatan ini menjadi model bagi program serupa di lokasi terdampak bencana lain di Sumatera Barat maupun wilayah lain di Indonesia.
Dengan adanya intervensi psikososial yang berkelanjutan, diharapkan murid tidak hanya pulih secara emosional, tetapi juga memiliki ketahanan mental yang lebih baik menghadapi tantangan di masa depan.
Hal ini sejalan dengan misi Kemendikdasmen untuk membina peserta didik secara holistik, tidak hanya dari segi akademik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial.
Semangat dan Harapan Pasca-Bencana
Pendampingan psikososial yang diberikan Mendikdasmen Abdul Mu’ti di SMP Negeri 1 Tanjung Raya menjadi langkah strategis untuk membantu pemulihan mental anak-anak pasca-bencana.
Aktivitas seperti Pohon Harapan, relaksasi, dan interaksi sosial dirancang untuk membangun kembali semangat belajar, optimisme, dan rasa aman anak-anak.
Melalui program ini, pemerintah menegaskan komitmen untuk memulihkan psikologis murid secara menyeluruh, membangun ketahanan mental, serta menumbuhkan harapan di tengah kondisi yang penuh tantangan.
Dengan dukungan yang tepat, anak-anak di Kabupaten Agam dapat kembali menatap masa depan dengan percaya diri, semangat, dan rasa bahagia, menjadi bukti bahwa pendidikan tidak hanya soal akademik, tetapi juga tentang kesehatan mental dan kesejahteraan peserta didik.