JAKARTA - Indonesia kini menunjukkan perkembangan signifikan dalam adopsi kendaraan listrik (EV). Pemerintah memasang target ambisius untuk mencapai 2 juta mobil listrik dan 13 juta motor listrik pada tahun 2030. Transformasi ini menandai langkah besar menuju mobilitas yang ramah lingkungan dan industri otomotif yang berkelanjutan.
Tren Pertumbuhan Kendaraan Listrik di Indonesia
Menurut penelitian Anugrah et al. (2025), penjualan kendaraan listrik di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Pada awalnya, mayoritas pembeli kendaraan listrik masih menganggap EV sebagai kendaraan tambahan. Namun, kesadaran masyarakat akan keuntungan kendaraan listrik—seperti biaya operasional lebih rendah, teknologi canggih, dan dampak lingkungan yang minimal semakin meningkat.
“Peningkatan penjualan EV ini didorong oleh kombinasi faktor biaya, jangkauan baterai yang lebih baik, dan insentif dari pemerintah,” jelas Anugrah dalam laporannya.
Selain itu, kemudahan akses infrastruktur pengisian daya yang terus membaik turut mempermudah adopsi EV di berbagai daerah.
Kebijakan Pemerintah dan Insentif untuk Mempercepat Transisi
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 telah menetapkan langkah strategis dalam mempercepat penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai. Regulasi ini memberikan insentif fiskal dan non-fiskal, termasuk pembebasan pajak dan kemudahan izin untuk produsen serta konsumen EV.
“Kebijakan ini menjadi fondasi kuat yang mendorong perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia,” ujar Anugrah.
Selain itu, pemerintah juga aktif membangun stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di berbagai titik strategis untuk menjamin kemudahan akses pengisian daya.
Peran Industri dan Merek Kendaraan Listrik di Pasar Indonesia
Pasar kendaraan listrik di Indonesia semakin ramai dengan kehadiran merek besar seperti BYD, Lexus, Hyundai, dan Tesla. BYD, produsen mobil listrik asal China, secara resmi telah memasuki pasar Indonesia dan menawarkan kendaraan listrik dengan harga kompetitif.
Meski demikian, studi lebih mendalam diperlukan untuk memahami tren preferensi konsumen terhadap merek-merek ini dan bagaimana mereka bersaing di pasar lokal.
Tantangan dalam Revolusi Kendaraan Listrik
Meskipun ada perkembangan pesat, adopsi EV di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan penting. Anugrah et al. (2025) mengungkapkan beberapa kendala utama seperti kurangnya infrastruktur pengisian daya yang merata, kerangka kelembagaan yang perlu diperkuat, serta kurangnya kesadaran masyarakat terkait manfaat kendaraan listrik.
“Infrastruktur pengisian daya yang belum merata menjadi kendala utama yang harus segera diatasi agar masyarakat merasa nyaman beralih ke kendaraan listrik,” tegas Anugrah.
Di samping itu, tantangan sosio-kultural seperti kebiasaan penggunaan kendaraan bermesin bensin juga perlu diperbaiki lewat edukasi dan sosialisasi yang intensif.
Peluang Besar Berbasis Sumber Daya Alam
Indonesia memiliki keunggulan besar dalam pengembangan kendaraan listrik berkat potensi sumber daya alam, terutama cadangan nikel yang melimpah. Nikel merupakan bahan baku utama baterai kendaraan listrik, sehingga Indonesia berpeluang menjadi pusat produksi baterai EV dunia.
“Dengan cadangan nikel yang besar, Indonesia memiliki pondasi kuat untuk mengembangkan industri kendaraan listrik secara berkelanjutan dan mandiri,” kata Anugrah.
Pengembangan industri baterai lokal tidak hanya menambah nilai tambah ekonomi, tapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan memperkuat industri nasional.
Sinergi Pemerintah, Industri, dan Akademisi
Revolusi kendaraan listrik di Indonesia tidak hanya tentang mengganti kendaraan berbahan bakar fosil dengan kendaraan listrik, tetapi juga tentang membangun ekosistem teknologi yang berkelanjutan. Kolaborasi erat antara pemerintah, industri, dan akademisi menjadi kunci utama.
Peningkatan investasi dalam infrastruktur pengisian daya, riset pengembangan baterai, serta integrasi energi terbarukan merupakan langkah strategis yang harus segera diimplementasikan.
“Dukungan kebijakan yang tepat dan keterlibatan masyarakat luas akan mempercepat Indonesia menjadi pemain utama kendaraan listrik di Asia Tenggara,” ungkap Anugrah.
Masa Depan Kendaraan Listrik di Indonesia
Dengan berbagai langkah strategis dan kerja sama dari seluruh pemangku kepentingan, Indonesia berpotensi besar menjadi pusat pertumbuhan kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara. Target 2 juta mobil listrik dan 13 juta motor listrik pada 2030 bukan sekadar ambisi, melainkan langkah konkret menuju masa depan mobilitas yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Pemerintah terus menggalakkan insentif dan pembangunan infrastruktur, sementara masyarakat mulai beradaptasi dengan teknologi baru. Dengan potensi sumber daya alam dan inovasi teknologi, Indonesia siap untuk memimpin revolusi kendaraan listrik di kawasan.